Si Kancil anak nakal
Suka mencuri ketimun
Ayo lekas dikurung
Jangan diberi ampun
Lagu Si Kancil tentu tidak asing di telinga kita bukan? Yap, betul sekali lagu kancil dan dongeng Kancil mencuri mentimun sudah kita dengar sedari kecil sebagai cerita penghantar tidur. Dongeng dan lagu Si Kancil menemani masa kecil kebanyakan anak-anak di Indonesia. Dongeng Si Kancil ini sempat populer di tahun 90-an. Dongeng dan lagunya bahkan sudah turun temurun dari generasi ke generasi. Cerita Kancil yang ringan dan mudah diingat, mampu melekat pada ingatan setiap pendengarnya. Banyak versi dari dongeng Si Kancil, salah satunya yang populer adalah Si Kancil dan Pak Tani. Nah, pernahkah terpikir jika cerita Si Kancil dan Pak Tani menjadi alat doktrin bagi suatu pemerintahan yang sedang berkuasa? Yuk, simak ulasannya.
Dongeng Kancil identik dengan cerita seekor hewan Kancil atau rusa kecil yang cerdik dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. Beberapa dongeng yang tersebar di masyarakat, banyak yang menampilkan konflik saat kancil menghadapi masalahnya. Banyak dari cerita-cerita Kancil tersebut menggambarkan kecerdikan Kancil. Kebanyakan cara yang digunakan oleh Kancil adalah dengan cara yang gesit, artinya Kancil selalu bisa menyelesaikan masalahnya dengan cepat, kemudian pandai mengelabui atau seperti mencurangi lawannya. Di sisi lain, jika kita perhatikan pada cerita Si Kancil dan Pak Tani, Kancil digambarkan sebagai tokoh pemalas yang hanya ingin mengambil atau memiliki sesuatu yang dia inginkan, dengan cara yang mudah tanpa bersusah payah yaitu dengan cara mencuri milik Pak Tani. Menurut kajian yang dilakukan oleh H.Kern dalam artikelnya ia menilai bahwa Kancil merupakan penggambaran dari orang Jawa atau pribumi di masa kolonialisme Belanda. Mengapa demikian?
Sejarah kolonialisme Belanda sangat mempengaruhi banyak sendi kehidupan Masyarakat Indonesia. Belanda menjajah Indonesia tidak hanya untuk menguasai hasil bumi dan wilayahnya tetapi juga seluruh isi Nusantara termasuk manusianya. Masyarakat Indonesia kala itu ditindas dengan beragam cara baik fisik, mental, maupun pemikiran. Mental bangsa Indonesia khususnya orang Jawa diserang dengan doktrin sebagai manusia pemalas, bodoh, dan suka mencuri. Hal ini digunakan oleh panjajah untuk menindas bangsa pribumi kala itu. Doktrin ini tentunya disusupkan dalam sebuah dongeng dan lagu anak-anak yang menyebar dengan mudah dan cepat. Tokoh Kancil diumpamakan sebagai bangsa pribumi yang pemalas, tidak suka berusaha, dan suka mencari jalan pintas dalam menginginkan sesuatu. Doktrin ini digunakan penjajah untuk dapat menindas rakyat pribumi pada saat itu. Menyusupi mental Masyarakat pribumi dengan label-label buruk agar bisa “dimaklumi” jika rakyat pribumi diperlakukan seperti Kancil yang harus diberi tindakan keras. Hal ini juga sebagai cara kompeni untuk menyudutkan bangsa Indonesia pada saat itu, dan memaksa rakyat pribumi agar memiliki pemikiran bahwa bangsa Indonesia tidak bisa berdiri sendiri sehingga memerlukan bangsa Belanda untuk memimpin karena tabiat buruk yang dimiliki Masyarakat pribumi.
Bagaimana, apakah “rahasia” ini baru pertama Anda ketahui? Atau sudah pernah Anda ketahui sebelumnya? Sebenarnya hal tersebut adalah salah satu analisis yang dilakukan H. Kern dalam meneliti dongeng Kancil. Menarik sekali bukan?
Lihat Buku
Lihat Buku
Lihat Buku
Lihat Buku